INGAT KERAMIK, INGAT PLERED PURWAKARTA


Ketika orang menyebut kerajinan keramik, ingatan kita akan langsung ke sebuah kecamatan yang berada di Purwakarta. Plered. Ya, Plered memang terkenal sebagai sentra penghasil keramik terkenal di Jawa Barat bahkan Indonesia.
Sebagai sentra kerajinan gerabah, Plered telah menorehkan karyanya sejak zaman neolithikum. Wilayah Plered, Cirata, Citalang, dan Gandasoli diketahui merupakan kota atau desa yang tergolong tua di Purwakarta.
Plered atau Palered?
Plered bukanlah sebuah kota kecamatan besar, luasnya hanya 97,172 hektar saja. Kata Plered berasal dari Palered, menurut salah satu versi yang menyebutkan asal muasal nama Plered. Palered merupakan pedati-pedati kecil yang ditarik oleh kerbau untuk mengangkut kopi pada masa tanam paksa dulu.
Palered tersebut terbuat dari papan kayu (roda dan pedati) sehingga tangguh, bisa berjalan walaupun di jalan berlumpur. Kopi ini diangkut menuju Cikawao Bandung/Jatiluhur yang selanjutnya dimuat ke atas rakit menuju Tanjung Priok dengan menyusuri Sungai Citarum.
Perkembangan Gerabah Plered
Kerajinan keramik Plered sudah muncul sejak zaman kolonial dulu yang ditandai dengan berdirinya tempat pembuatan genting dan batu bata kira-kira pada 1795. Dengan berdirinya lio-lio ini maka diawalilah proses transformasi penggantian properti rumah-rumah penduduk.
Pada awalnya, rumah-rumah penduduk di sekitar Plered dan Kabupaten Karawang hanya beratapkan ijuk, sirap, dan daun kelapa. Jenis-jenis atap rumah tersebut kemudian mulai digantikan dengan genting-genting. Sejak saat itulah, masyarakat Plered mulai bergerak di bidang gerabah dan menjadi home industry. Pada 1935, Hendrik De Boa seorang pengusaha Belanda mulai membuka pabrik glasir yang terletak di Warung Kondang, Plered.
Penjajahan Jepang di Indonesia membawa pengaruh besar pada kerajinan gerabah di Plered karena sebagian penduduknya diharuskan untuk bekerja paksa (Romusha). Lokasinya terutama di sekitar Gunung Cupu dan Ciganea.
Produksi gerabah Plered berhenti total pada masa kemerdekaan karena seluruh penduduknya ikut terlibat dalam perjuangan. Bung Hatta menjadi orang yang berjasa dalam menghidupkan kembali industri gerabah di Plered dengan membuka Induk Keramik yang gedungnya terletak di Gonggo pada 1950. Sejak saat itu, industri keramik Plered kembali bergairah dan mencapai kejayaannya dengan didatangkannya mesin-mesin dari Jerman.
Keramik yang dihasilkan di Plered bukanlah produk jago kandang saja dalam arti hanya terkenal di daerahnya saja. Produk-produk keramik Plered sudah melanglang buana dan diekspor ke berbagai negara di antaranya Jepang, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Kanada, dan Saudi Arabia.
Plered Bukan Hanya Penghasil Keramik
Selain terkenal dengan industri keramiknya, Plered juga terkenal dengan gentingnya. Sama halnya dengan Majalengka terkenal dengan genting Jatiwanginya. Ribuan genting dijemur setiap harinya di bahu-bahu jalan. Citeko merupakan salah satu daerah yang aktif memproduksi genting ini.
Genting-genting yang masih basah dan tercetak tersebut sengaja dijemur di bawah terik matahari. Genting-genting ini memiliki aneka ragam jenis di antaranya genting kodok, palentang biasa, palentang plat, morando, dan genting jenis turbo.
Nah, apabila suatu waktu Anda bepergian menuju arah Jakarta dengan menggunakan jalur Purwakarta, singgahlah di Plered, sentra kerajinan keramik, untuk membeli atau hanya sekadar menikmati berbagai jenis keramik yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampil pengrajin keramik Plered.
Jadi, apabila ingat Keramik, ingatlah Plered Purwakarta.

Related Posts:

0 Response to "INGAT KERAMIK, INGAT PLERED PURWAKARTA "

Post a Comment